Oleh: Tg. Djarot B

Tanggal 25 November 2024, kita kembali merayakan Hari Guru Nasional, hari yang khusus didedikasikan untuk menghargai jasa para pahlawan tanpa tanda jasa. Di balik gemerlap perayaan ini, terdapat realita pahit yang harus dihadapi oleh para guru, terutama mereka yang mengabdikan diri di sekolah-sekolah swasta.

Guru-guru di sekolah swasta memegang peran yang sangat penting dalam mencerdaskan anak bangsa. Mereka tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan inspirasi bagi para siswa. Namun, perjuangan mereka sering kali tidak sebanding dengan gaji yang diterima. Banyak dari mereka yang harus bekerja keras dengan beban kerja yang tinggi dan fasilitas yang terbatas, sementara pendapatan yang mereka peroleh jauh dari mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam kondisi ini, para guru di sekolah swasta tetap menunjukkan dedikasi dan semangat yang luar biasa. Mereka berupaya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak, meskipun dengan segala keterbatasan yang ada. Upaya ini mencerminkan komitmen mereka dalam membentuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Kabar mengenai gaji guru yang bersatatus Aparatur Sipil Negara (ASN) tentunya membawa berita manis bagi guru-guru yang berstatus PNS maupun PPPK, namun hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan perasaan guru-guru swasta. hal ini juga mempertegas kesenjangan yang ada antara guru-guru di sekolah negeri dan swasta. Guru swasta, khususnya yang bekerja di sekolah-sekolah dengan fasilitas terbatas, sering kali harus menerima gaji yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka harus bertahan dengan pendapatan yang seringkali hanya setengah atau bahkan seperempat dari gaji guru PNS dan PPPK.

Sebelumnya saat kampanye adik presiden Parbowo Subianto, yakni Bapak Hasyim Djojohadikusumo, sempat menyampaikan bahwa akan memberikan tambahan gaji guru sebesar Rp. 2.000.000 setiap bulan. hal tersebut awalnya menjadi harapan manis bagi guru-guru yang swasta. Namun hal nyatanya menjadi sesuatu yang pahit yang harus ditelan guru swsata, pasanya melalui mendikbud dikdasmen, Bapak Abudl Mu’ti menyampaikan bahwa hanya guru yang memenuhi kualifikasi saja yang akan mendapatkan tambahan gaj tersebut.

Meskipun menghadapi berbagai dinamika tersebut, dedikasi dan komitmen para guru swasta tetap luar biasa. Mereka tetap berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi siswa-siswa mereka, karena kembali lagi guru adalah pekerjaan mulia. Maka tidak seharusnya hanya karena persoalan gaji kemudian menjadikan guru-guru swasta lantas menomerduakan siswa-siswi.